Biografi Cut nyak dien

Posted by Women Education Senin, 01 Juli 2013 0 komentar
Cut nyak dien (ejaan lama: Tjoet Nja' Dhien, Lampadang, Kerajaan Aceh, 1848 – Sumedang, Jawa Barat, 6 November 1908; dimakamkan di Gunung Puyuh, Sumedang) adalah seorang sosok pahlawan wanita dari aceh barat yang mendapat julukan srikandi Indonesia. Ia lahir di Lampadang, Aceh Besar, tahun 1848 "ada yang menyebutkan lahir tahun 1950". Cut nyak dien merupakan anak dari Teuku Nanta Setia seorang uleebalang VI Mukim. Sedangkan ibunya anak bangsawan bernama  Putri uleebalang Lampagar dari lampar. Kakaknya bernama teuku rakyat.

Cut Nyak Dien adalah pahlawan yang berasal dari Aceh. Sejak kecil ia sudah biasa ikut dengan ayahnya, nanta Setia, yang menjabat sebagai Ulebalang VI Mukim. Ayahnya orang Aceh keturunan Minangkabau.

Pada usia 12 tahun, ia menikah dengan Teuku Cik Ibrahim Lamnga. Jangan heran, soalnya pada zaman itu memang anak-anak seuisa itu sudah menikah. Diharapkan setelah menikah, mereka bersama suami atau istrinya bisa sama-sama berjuang mengusir penjajah.

Waktu itu hubungan kerajaan Aceh dengan penjajah Belanda sudah buruk karena Belanda ingin sekali dapat menguasai Aceh. pada tahun 1873 meletus Perang Aceh melawan Belanda. Dua tahun kemudian daerah VI Mukim dapat diduduki Belanda. Cut Nyak Dien terpaksa mengungsi ke tempat lain bersama anaknya yang masih kecil. Suaminya terus berjuang. pada bulan Juni 1878, suami Cut Ny Dien gugur sebagai pejuang di Gle Tarum.

Sejak saat itu, Cut Nyak Dien akan berjanji meneruskan perjuangan suaminya. pada tahun itu juga perlawanan cut Nyak Dien dan pasukannya dihadapi Belanda dengan berondongan meriam yang mereka tembak dari kapal-kapal mereka. Pertempuran berjalan dengan seru. Pasukan Aceh bergerak ke Aceh Besar. Dari sana mereka menyerang pos-pos Belanda sehingga para penjajah meninggalkannya.

Cut Nyak Dien sudah berjanji hanya akan menikah dengan seorang Pejuang.Teuku Umar, tokoh pejuang Aceh, melamar Cut Nyak Dhien. Pada awalnya Cut Nyak Dhien menolak. Namun, karena Teuku Umar mempersilakannya untuk ikut bertempur dalam medan perang, Cut Nyak Dien akhirnya menerimanya dan menikah lagi dengan Teuku Umar pada tahun 1880. Hal ini membuat meningkatnya moral semangat perjuangan Aceh melawan Belanda. Nantinya, Cut Nyak Dhien dan Teuku Umar memiliki anak yang diberi nama Cut Gambang. Teuku Umar, terkenal karena keberaniannya memimpin pasukan dan kecerdikannya.

Sepasang pejuang ini kini bekerja sama melawan penjajah. Kemudian, pada bulan Agustus 1893, Teuku Umar menyerahkan diri kepada Belanda dan berpura-pura menjadai tentara Belanda. Ini bagian dari siasat Teuku Umar untuk mengetahui rahasia perang Belanda, juga untuk mencuri senjata.

Akan tetapi, banyak pejuang Aceh yang bertanya-tanya. maka Cut Nyak Dien mengusulkan agar suaminya keluar dari ketentaraan Belanda dan kembali berjuang terang-terangan bersama para pejuang Aceh. Usul ini diikuti suaminya.

salah satu kalimat penyemangat perjuangan yang pernah diucapka Cut Nyak Dien adalah
"Lihatlah wahai orang-orang Aceh!! Tempat ibadat kita dirusak!! Mereka telah mencorengkan nama Allah! Sampai kapan kita begini? Sampai kapan kita akan menjadi budak Belanda?"

MELETUSNYA PERANG ACEH MULAI TANGGAL 4 JUNI 1873

Dalam pertempuran di Meulaboh, 11 Februari 1899, Teuku Umar gugur sebagai pejuang. Sejak kematian suaminya itu, Cut Nyak Dien menggantikan suaminya sebagai pimpinan para pejuang. Cut Nyak Dien tetap melalukan perang gerilya di berbagai daerah di Aceh. Sementara itu ia sudah semakin tua, matanya sudah tidak bisa melihat dengan jelas. Selain itu ia juga punya penyakit encok yang sering kumat. Pasukannya juga sudah berkurang karena banyak yang gugur atau bergabung dengan Belanda.

Pada tanggal 6 november 1905 cut nyak dien tertangkap oleh belanda. Pada saat itu mata cut nyak dien dalam keadaan tidak bisa melihat (buta).

Waktu ditangkap, Cut Nyak Dien sempat menghunus rencongnya ke arah si pelapor, tapi dicegah oleh Belanda. Meski tetap khawatir akan perlawanannya, Belanda memperlakukan Cut Nyak Dien dengan baik. Cut Nyak Dien dibuang ke Sumedang Pada tanggal 11 desember 1906

Untuk merawat cut nyak dien pangeran surya Atmaja menyerahkan cut nyak dien ke K.H Sanusi. Pada waktu itu rumahnya kecil. Setelah satu tahun merawat, K.H Sanusi meninggal pada tahun 1967 dan dimakamkan di gunung puyuh sumedang.

Kemudian cut nyak dien diurus oleh anak K.H sanusi yaitu H.Husna. semua kepentingan cut nyak dien sangat diperhatikan pangeran Aria Suriiatmaja. walaupun mata cut nyak dien tidak bisa melihat tapi cut nyak dien bisa mengajarkan ibu-ibu mengaji, maka cut nyak dien di beri julukan ibu perbu/ ibu ratu masyarakat. Cut nyak dien sangat dekat dengan siti khodijah (anak dari H. Husna). Pada tahun 1967 siti khodijah meninggal dan dimakamkan di gunung puyuh.

Rumah bekas cut nyak dien beukuran 12 x14 m. tinggi 1m , kamar tidurnya 3 x 5m,  ranjangnya berukuran 2 x 2m,

Cut Nyak Dhien yang merupakan pahlawan perempuan yang gigih berani memimpin para pejuang demi mempertahankan Indonesia. Semoga sejarah hidup Cut Nyak Dien ini dapat menginspirasi kita semua. 
 -------------------------------------------------------------------------------------------------------------------------
sumber :
http://id.wikipedia.org/wiki/Cut_Nyak_Dhien
http://www.kumpulansejarah.com/2013/01/sejarah-hidup-cut-nyak-dhien.html
TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Biografi Cut nyak dien
Ditulis oleh Women Education
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://women-edukasi.blogspot.com/2013/07/biografi-cut-nyak-dien.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

trikmudahseo.blogspot.com support www.evafashionstore.com - Original design by Bamz | Copyright of Women Education.