Kisahku Yang Pertama

Posted by Women Education Senin, 22 Juli 2013 0 komentar

Penulis: Mas Trie

Jika Cinta telah hinggap dihatimu,

rasakan dan resapi,

jangan kau tolak

dan jangan kau kejar

nanti dia akan berkembang

menjadi cinta yang sulit tuk kau ucapkan

Suara riuh menggema di sekitar area lapangan sepak takrow, yang sebenarnya itu lapangan bulu tangkis saja, namun karena tidak ada tempat lain, sekejap lapangan itu kami ubah menjadi lapangan takrow. Mengesankan sekali bisa berada di ditengah lapangan dan ditonton oleh belasan teman-teman MTs ku. Suara dukungannya bukan main, sungguh teriakan semangat yang membuat orang bias down kalau tidak terbiasa dengan kata-kata seperti itu,

ayolah broooo, serius dikit kenapa, jangan kalian buat kita pengen lempar sepatu ni,,, gantian aja yang main.

teriak salah satu temanku. Namun ucapan itu telah menjelma menjadi zat kalori yang langsung diinfuskan menjadi tenaga yang aduhai besarnya, menambah ke asyikan bermain sepak takrow bagi kami, ya kami berenam.

Bola bulat berlubang dari bahan rotan kini melayang mendekat dan menjauh, meliuk-liuk di antara kaki-kaki kami, seakan hanya sebagai pelampiasan kesenangan dan keceriakan manusia kecil tak berfikir, kadang kala melambung jauh keatas karena disengaja dan secepat kilat disambar salah satu kaki teman ku, sekuat tenaga sampai menghasilakn poin tambahan, itulah smash sebenarnya kawan, tiada yang lebih menyenangkan dari itu, apalagi suara riuh tepuk tangan kawan-kawan penonton. Membahana sekali, membuat kami makin keranjingan akan pujian.

Lapangan bulutangkis ini di kelilingi oleh bangunan-bangunan sekolah kami, MTs Muhammadiyah Watulimo. Tapi bukan itu saja, sebenarnnya komplek bangunan ini terdiri dari beberapa unit ruuang yang dipakai oleh macam-macam jenjang pendidikan. Kalau aku menghadap kearah utara, maka disebelah kanan kami adalah unit ruang kelas MI Muhammadiyah, Di samping kiri dipakai MA Muhammadiyah Watulimo, Dibelakang kami itu adalah sebaris kelas untuk SMA Muhammadiyah Watulimo, nah kelas kami berada di atas unit kelas MAM tadi, MTs hanya ada 3 kelas dan 1 ruang kantor saja. Bukan main hebatnya perguruan Muhammadiyah tempat sekolah ku dulu, komplek bangunan dalam satu tempat yang tidak terlalu luas tapi menampung beberapa sekolah berbeda jenjang, ada lagi yang belum ku sampaikan,TK Muhammadiyah watulimo yang dulu hanya 1 kelas saja, tapi kini kabarnya telah ditambah lagi beberapa unit kelas.

Jadi kalau boleh dibilang, jika ada seorang anak yang masuk kelembaga pendidikan disini mulai dari TK, melanjutkan MI disitu juga, lalu MTs,berlanjut sekolah di MAM dan ditambah sekolah lagi di tiga unit kelas pinjaman untuk melaksanakan Sekolah Tinggi unit dari STAIM Tulungagung, berarti dia telah mengenal dan mengatahui setiap lubang kecil dihalaman masjid, atau tau kapan sungai kauman banjir, dan tak kalah penting Enam belas tahun mengabdi pada lembaga, pasti kalau keluar akan langsung direkrut menjadi Guru disalah satu sekolah. Enak bukan, ini cerita nyata kawan karena aku sendiri juga sudah direkrut menjadi TU di MAM, dan GURU di MIM. Sungguh luar biasa bagi seorang yang lahir dari orang tua lulusan SD saja.

Keasyikan ku main sepak takrow sejenak terhenti, ada beberapa siswa-siswi SMAM dari arah lorong pintu masuk didepanku, mereka adalah murid-murid SMA yang akan masuk kelas, karena memang jam belajar nya di sore hari. Dari salah satu rombongan berjalan, aku mengenal seorang gadis ayu, alami dan ceria yang nanti akan ku ceritakan padamu siapa dia. Rombongan itu berlalu tanpa memperdulikan kami yang memang sudah basah oleh keringat. Namun mata gadis itu telah membawa angin segar disiang bolong yang teriknya minta ampun, matanya tepat menusuk kornea mataku yang tak berkedip sedikit pun sejak dia muncul. Kepala ku tanpa sengaja dan tanpa komando mengikuti kemana dia berjalan, melotot seperti singa yang telah menemukan buruanya. Seperti kumbang yang telah menemukan syurga diputik bunga matahari, seperti elang yang telah mengawasi anak ayam dikandang orang. Aku terpana, ada degup jantung menderu, bahkan udara kudengar mendayu dayu menyanyikan lagu yang tak ku tau judulnya. Lamunan itu terhenti seketika ketika dia menoleh dan mengucapkan seucap kata tak panjang namun cukup membuat ku terkejut.

“tadi malam gak bisa tidur yah”

Kenapa dia bertanya seperti itu, memang tadi malam aku tidak bisa tidur memikirkan makhluk yang sekarang ada di depan ku. Tunggu-tunggu, dari mana dia tau apa yang kualami tadi malam, apa dia memikirkanku seperti aku memikirkanya, seribu tanya, seribu curiga dan bepuluh mata memandangku terheran-heran melihat wajah seperti kepiting goreng, merah mukaku, dan seperti orang primitif bertemu pessawat terbang, melongok tak sadar, aku yakin jika ada lalat keluar masuk mulutku, pasti tidak terasa, iya waktu itu aku sangat ingat kawan.

Aku tersadar dari lamunan, tersipu malu dan semburatlah wajahku, seperi jambu gelas yang mulai ranum, malu, nerves, salah tingkah, tak taulah pokoknya seperti aku saja yang merasakan gembira di siang bolong penuh kehangatan itu, oh tidak hangat, sebenarnya panasnya tak berperikemanusian. Laparnya perut karena tidak dikasih makan dari pagi padahal sudah demonstrasi rame-rame, “ususpun bisa demo dengan suaranya krucuk krucuk”, seketika kenyang. Bukan main rasanya hatiku. Nanar tatap mataku mengantarkannya dia berlalu pergi dan menghilang di balik lorong lain, tepat di bawah tangga itu.

bersambung

TERIMA KASIH ATAS KUNJUNGAN SAUDARA
Judul: Kisahku Yang Pertama
Ditulis oleh Women Education
Rating Blog 5 dari 5
Semoga artikel ini bermanfaat bagi saudara. Jika ingin mengutip, baik itu sebagian atau keseluruhan dari isi artikel ini harap menyertakan link dofollow ke https://women-edukasi.blogspot.com/2013/07/kisahku-yang-pertama.html. Terima kasih sudah singgah membaca artikel ini.

0 komentar:

Posting Komentar

trikmudahseo.blogspot.com support www.evafashionstore.com - Original design by Bamz | Copyright of Women Education.